SUKABUMITREN.COM - Jumat pekan lalu, 20 Juni 2025, single perdana bertajuk “Constellation of Us” resmi dirilis Faza Rahim di seluruh platform musik digital, seperti Spotify, Apple Music, atau YouTube Music. Single ini menandai kebangkitan Faza sebagai solois, sekaligus gerbang menuju rilis mini album yang sedang ia siapkan dalam waktu dekat ini.
“Constellation of Us bercerita tentang takdir, tentang semesta, dan tentang keyakinan, bahwa beberapa pertemuan memang sudah digariskan,” tutur Faza, dalam perbincangan di sebuah kafe mungil di Dago, Bandung, beberapa waktu lalu.
Single "Constellation of Us" menandai kebangkitan Faza sebagai solois
Faza bukanlah wajah asing bagi panggung-panggung kecil dan studio musik di Bandung. Jejak musik Faza bermula dari masa SMA, ketika ia tergabung dalam band sekolah dan aktif di berbagai pentas lokal. Lahir 9 Juni 1995, Faza sejak awal kemunculannya dikenal sebagai penyanyi yang tak banyak berkata-kata, tapi seolah menyimpan gelora samudra di dalam dirinya.
Musik Faza tidak meledak-ledak, namun mengalir perlahan, dan kemudian mengendap di hati. Lagu yang baik, diyakini Faza, akan menemukan pendengarnya sendiri, dengan cara paling sunyi, namun magis. Dan waktu kemudian membawa alumni Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom), UNISBA, Bandung, ini ke jalan yang berbeda.
Alumni Fikom UNISBA ini bukan wajah asing bagi panggung musik di Bandung
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 157
Setelah bertahun-tahun menjauh dari sorot cahaya, semesta akhirnya seperti memberi isyarat kepada Faza untuk kembali, dengan suara yang lebih matang, jujur, dan dekat: ciri khas yang sejak awal menyatu dengan jiwanya sebagai musisi.
Lagu “Constellation of Us” mulai ditulis Faza pada September 2024, serta direkam pada April-Mei 2025 di dua studio di Bandung, yakni Joyflowtin dan Brantasepuluh Studio. Lagu ini lahir dari keheningan yang tulus, menuju proses penemuan bentuk mini album yang akan dirilis sebentar lagi.
Baca juga: Teteh Sukabumi nu Gareulis, hayuk Bikin Cemilan buat Jualan: Soft Baked Cookies
Tanpa pretensi menciptakan sesuatu yang berat, kesederhanaan lagu ini memancarkan kedalaman rasa yang kuat.
Faza dikenal sebagai penyanyi yang tak banyak berkata-kata
Lagu yang kuat pantas mendapat representasi visual yang selaras. Faza menggandeng sahabat lamanya, Astrid Ashillah, guna merancang sampul lagu ini. Astrid adalah desainer grafis yang pernah bekerja satu atap dengan Faza pada 2020.
Baca juga: Pohon Tumbang Timpa Warung-Mobil-Sepeda Motor di Cibadak Sukabumi, Seluruh Korban Selamat
“Kenapa Astrid? Karena saya suka karakter desain dia yang stand out, tapi tetap tampil manis dan hangat. Desain cover-nya sendiri terinspirasi dari testimoni seorang teman, setelah mendengar lagu ini,” jelas Faza.
Hasil desain Astrid adalah sebuah karya yang simbolik. Seorang perempuan berdiri di semesta, diselimuti paus terbang: lambang kesendirian, resonansi batin, dan keajaiban perjumpaan. Visual ini memperkuat pesan utama lagu, bahwa pertemuan yang sejati tidak pernah terjadi secara kebetulan.
Baca juga: Terdampak Hujan Deras, Tanah di TPU Kampung Kebon Pala Sukabumi Terancam Longsor
“Teman saya menggambarkan lagu ini seperti frekuensi yang hanya bisa ditangkap oleh spesies tertentu. Seperti paus di samudra luas, yang selalu bisa saling menemukan,” kata Faza.
Desain cover "Constellation of Us", karya Astrid Ashillah
Proses kreatif dalam rekaman lagu ini juga melibatkan Novriansyah sebagai pengisi gitar, dan satu nama paling personal bagi Faza, yakni Ibunya, Yanti Rangkuti. Sosok tenar penyiar Radio KLCBS Bandung ini didapuk mengisi part keyboard.
“Saya ingin lagu ini terasa hangat dan akrab. Dan, siapa yang bisa memberi rasa itu lebih baik dari Ibu saya sendiri?” ucap Faza, yang seusai merilis “Constellation of Us”, akan meluncurkan mini album bertajuk “Gonna Get Out!”.
Berisikan empat lagu tentang mimpi, cinta, dan pertumbuhan, Faza menjanjikan mini albumnya itu akan menghadirkan lanskap suara yang baru, namun tetap mencerminkan jiwa dan kepekaan yang khas dari dirinya.
Yanti Rangkuti, Ibunda Faza Rahim
Sebuah perjalanan musikal yang personal tentang keberanian untuk melangkah, bermimpi kembali, tumbuh, dan jatuh cinta pun baru dimulai oleh Faza. (*)