SUKABUMITREN.COM - Sehari menjelang libur panjang akhir pekan menyambut perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, sebuah potret miris terlihat di tengah kebun Kampung Anggayuda, RT 01/RW 05, Desa Pamuruyan, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Di kebun itu, berdiri gubuk tidak layak huni , yang sejak 2008, ditempati pasangan suami-istri (pasutri) lanjut usia (lansia) bernama Maman dan Kokoy, bersama anak, menantu, dan dua cucunya.
Kini, Maman berusia 68 tahun, dan Kokoy 62 tahun. Sebelum tinggal di gubuk itu, Kokoy mengaku sudah pernah punya rumah yang jauh lebih layak huni. “Dulu punya rumah panggung. Ditinggal (karena) rusak,” ucap Kokoy, saat ditemui pada Rabu, 3 September 2025. “Sudah lama (di sini), (sejak) 2008. Nggak takut, sudah biasa,” kata Kokoy.
Maman dan Kokoy telah tinggal di gubuk ini selama 17 tahun
Baca juga: Gerak Cepat Dandim 0607/Kota Sukabumi, Selamatkan Pelajar Penderita Gizi Buruk di Gunungguruh
Di gubuk berdinding bilik bambu itu, Kokoy dan Maman menjalani hari-hari dengan menanam singkong dan pisang. Hasil berladang singkong itu, antara lain dimanfaatkan untuk membuat opak, sejenis cemilan mirip keripik. Demi menambah penghasilan yang tak seberapa itu, Maman pun bekerja secara serabutan.
Namun, kini, pekerjaan itu sudah jarang ditekuni Maman, akibat terkendala kondisi tubuhnya yang sakit-sakitan, didera gangguan jantung dan diabetes.
Sejak Maman sakit, Kokoy mengambil alih pekerjaan di rumah
Baca juga: Dirawat 5 Hari di RS Pelni, Pengemudi Ojol Korban Rusuh di Jakarta Akhirnya Pulang ke Sukabumi
“Sudah biasa, membantu suami untuk makan hari-hari apa adanya. Kalau ada yang suruh koret-koret, kerja, kita kerja. Kalau nggak (ada yang ajak kerja), itu aja, kerja di kebun. Kalau (ada tanaman yang) sudah tua, ada yang beli, bisa dijual. Kalau nggak ada mah, apa aja. Kadang-kadang, ada orang yang ngasih,” urai Kokoy.
“Hasil tani, bikin-bikin opak, kalau ada yang beli. Sudah biasa sekarang mah (berkebun). Kalau dulu, awal-awalnya, berat juga. Nanam singkong, pisang, tanam cengek (cabai), sabar aja,” ujar Kokoy.
Kokoy membuat opak dari hasil berladang di kebunnya
Baca juga: Dipicu Ulah OTK, Unjuk Rasa Mahasiswa di Gedung DPRD Kota Sukabumi Berujung Ricuh
Di tengah keterbatasan hidup yang dialaminya itu, Kokoy mengaku tak pernah lagi memperoleh bantuan dari pemerintah daerah setempat. “Enggak, sekarang nggak dapet (bantuan). Uang nggak dapet, beras nggak. Udah lama nggak dapet bantuan. Nggak (mau) diinget-inget. Sudah dicek sama menantu, nggak ada (bantuan) lagi,” ungkap Kokoy.
Keterbatasan hidup yang dialami pasutri itu menuai simpati warga setempat. Rabu, 3 September 2025, seorang warga bernama Iwan datang menemui Maman dan Kokoy, guna memberikan bantuan berupa sembako. Simpati juga kerap datang dari warga-warga lainnya. “Sudah 17 tahun mereka tinggal di sini. Kondisinya memang memprihatinkan. Apalagi kalau hujan deras, air masuk ke dalam rumah,” tutur seorang warga.
Baca juga: Demo Mahasiswa di DPRD Kota Sukabumi Berujung Ricuh Senin Sore, Berikut Foto-fotonya
Warga berharap, pemerintah desa dan pihak terkait segera turun tangan memberi bantuan, baik berupa renovasi rumah maupun kebutuhan pokok, agar pasutri lansia dan keluarganya itu kembali hidup layak seperti warga lainnya.
Warga bernama Iwan datang memberi sembako kepada Maman dan Kokoy
Harapan tak jauh berbeda diutarakan Kokoy. “Pengin punya rumah yang enak. Tapi, adanya gini, mau ke mana lagi. Nggak bisa ngebayangin yang besar-besar. Bapaknya juga (sakit) begitu,” ujar Kokoy.
“Harapannya, Bapak bisa sembuh lagi. Mau punya rumah. Pengin punya modal buat usaha,” kata Kokoy. (*)