SUKABUMITREN.COM - Akhir pekan depan, Minggu, 23 November 2025, di Gedung Kesenian Rumentang Siang, Bandung, sebuah pementasan teater bertajuk “Koplak-Koplak” akan dihelat Laskar Panggung Bandung (LPB), salah satu kelompok teater independen paling berpengaruh di Bandung dan Jawa Barat. Pementasan ini sekaligus menandai momen paling bersejarah dalam perjalanan hidup LPB sebagai kelompok teater, yakni ulang tahun atau milad ke-30, dihitung dari waktu pendiriannya pada 20 November 1995.
Saat itu, delapan seniman, yakni Yusef Muldiyana, Deddy Koral, Donny Achmad, Anton Justian, Gaus FM, Dyanto, Aendra Medita, dan Sarwoko, sepakat mendirikan LPB. Nama “Laskar Panggung Bandung” dipilih sebagai penanda, bahwa panggung adalah ruang perjuangan, tempat kritik sosial dirawat melalui humor, satire, dan permainan imajinasi.
Yusef Muldiyana (kanan), dalam satu kesempatan pertemuan bersama Penulis di Bandung
Adalah Yusef pula yang menulis naskah dan menyutradarai “Koplak-Koplak”. Bersama Yusef, akan hadir juga di pementasan nanti, para aktor pendukung, yakni Apip Catrix, Deddy Koral, Kemal Ferdiansyah, Ria Ellysa Mifelsa, Senny Suzan Alwasilah, Agus Injuk, Kori Yoseph Iskandar, Alin Reynaira, Dian Lidya Opik Geulang, Rasyid Vanadi, Superjonesia, Dadan Darto, Reni Angling, Hafiz Permana, Nadhief Adem, Eka Cw, M. Fahri Aldani, Availa Raisha, M. Haykal, Aurel Siti, Luna Alika, Olipia Adela, Irfan Noval, Fitri Dewi Asyfa Divia, Alia Nursapta, Maulana Hasbhy, Meysha Zaha, Vadisa Atallani, Anggita Putri, Flora Amelia, Fanisa Karina, Shin Melani, Asyara Divia, Tiara Sucilawati, Clara Oktaviana.
Para aktor itu akan didukung oleh Penata Artistik: Riky Oet; Penata Musik: Reza Rizky, M. Fahri, dan Mita Kulsum; Penata Busana: Ceu Sussie Fatriani dan Asep Hermawan Bhamereta; Penata Cahaya: Beben Rana; Penata Multimedia: Aji Sangiaji; serta Penata Rias: Yayas Yoseph Iskandar dan Vadisha Attalani.
Pementasan pun akan semakin hidup dengan penampilan spesial dari Teater Lima Wajah, dan monolog “Feng Ying” karya Bode Riswandi.
Pintu pertunjukan akan dibuka pada pukul 19.00 WIB, dan tiket dapat diperoleh dengan harga Rp 35.000.
Seniman LPB sibuk berlatih jelang pementasan “Koplak-Koplak”
Dalam pementasan “Koplak-Koplak” nanti, Yusef kembali membidik isu-isu yang dekat dengan kehidupan masyarakat, mulai dari persoalan sumber daya alam, pembangunan, hingga dinamika kelas pekerja. Semuanya itu dirangkum dengan pendekatan komedi yang “koplak”, jenaka, namun tetap menyimpan ketajaman kritik. Humor menjadi medium untuk menyampaikan gagasan, tanpa harus menggurui.
“Koplak-Koplak” pun menjadi ruang penting bagi Yusef, yang dibesarkan Studiklub Teater Bandung (STB), dan pernah belajar langsung dari mendiang Arifin C. Noer. Di LPB, seniman kelahiran Subang, 2 September 1961, ini bukan lagi sekadar pendiri, tapi juga motor kreatif yang menjaga kelompok ini tetap relevan dan berpijak pada realitas sosial.
Yusef Muldiyana saat dirias Suyatna Anirun, pendiri STB, untuk pentas tahun 1996
Baca juga: Hidupkan Sepeda Motor Dalam Kamar saat Cuaca Mendung, Rumah di Kabandungan Sukabumi Dimangsa Api
Selama tiga dekade keberadaannya, beberapa karya penting telah dipentaskan LPB, semisal “Manusia Dalam Botol”, “Bulan dan Kerupuk”, “Kutu-Kutu Kota Kita”, dan “Raja Lieur”. Hingga 2010-an, LPB pun tercatat telah memproduksi lebih dari 247 pementasan, baik tunggal maupun produksi pesanan.
Melalui “Koplak-Koplak”, LPB mengajak publik merayakan perjalanan panjang seni teater yang tak hanya menghibur, namun juga menyuarakan keresahan. Setelah 30 tahun berlalu, semangat kelompok ini tetaplah sama, yakni menghadirkan tawa yang membuka mata dan menyuarakan isu-isu yang sering terabaikan. Di tengah berbagai perubahan zaman, LPB kembali unjuk bukti, bahwa panggung adalah ruang di mana humor, kritik, dan kemanusiaan dapat hidup berdampingan.


Rangkaian pentas LPB (dari atas): “Kutu-Kutu Kota Kita” (2009), “Bulan dan Kerupuk” (2011), serta “Caligula” 2015
Panjang umur LPB!!! (*)
