SUKABUMITREN.COM - Keterbatasan fisik tak membuat Sandi memilih hidup berpangku tangan saja. Sejak 2003, lelaki penyandang disabilitas ini belajar membuat bola dari Almarhum Ganda dan Asep, tetangganya di Kampung Bojong Kawung, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.
Setiap bola dijahitnya dengan sabar. Butuh waktu sekitar empat jam waktu untuk membuat satu bola. Dalam sehari, Sandi mampu membuat sedikitnya empat buah bola.
Bola-bola itu kemudian diserahkan Sandi ke pengepul seharga Rp 7.000 per bola. Guna menambah penghasilan, Sandi menjual langsung kepada pembeli dengan harga Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per bola. Keuntungan bersih yang ia kantongi dari penjualan langsung ini sekitar Rp 10.000 per bola.
Penghasilan yang tidak seberapa itu dipakai Sandi untuk membeli beras, kecap, dan kerupuk. Namun, tak jarang, uang itu tidak cukup. “Saya dan Emak sering tidak makan, karena tidak ada beras. Kami terpaksa hanya minum dan berpuasa,” ujar Sandi, saat ditemui di rumahnya, Jumat, 8 Agustus 2025.
Baca juga: Dirilis Jumat 20 Juni 2025, Single “Kupatah Hati” 3HADE Beneran “Hade”
“Usaha ini sudah saya jalani sejak kecil. Terpaksa, karena memang tidak ada keterampilan lain yang saya punya. Semua ini saya lakukan untuk membiayai Emak,” kata Sandi.
Sandi juga menjual bola buatannya demi tambahan penghasilan
Perjuangan Sandi demi memperoleh tambahan uang, kerap pula memaksanya berjalan jauh hingga 10-an kilometer ke Stasiun Karangtengah, Sukabumi, untuk menawarkan bola. Pulang pergi dengan langkah tertatih, Sandi terkadang harus rela pulang tanpa membawa uang sepeser pun.
Kondisi hidupnya kini kian sulit, karena air sumur di rumahnya telah lama kering. Air bersih menjadi barang mahal yang tak selalu ada.
Ibunda Sandi, Atikah, yang menderita sakit lambung dan tekanan darah tinggi, sekarang juga hanya bisa terbaring di rumah. “Walau Sandi punya keterbatasan fisik, dia tetap berusaha. Dia yang menyambung hidup saya,” tutur Atikah, dengan mata berkaca-kaca.
Dalam kondisi serba kekurangan, Sandi mengaku tak pernah mau menyerah. Harapannya sederhana saja, yakni memiliki modal untuk mengembangkan usaha, agar hidupnya tak hanya bergantung pada kemampuan menjahit bola.
“Yang penting, Emak sehat. Itu saja sudah cukup,” ucap Sandi. (*)