SUKABUMITREN.COM - Sebut saja “Kue Pancong Pak Yayat”, warga Sukabumi sudah pasti tahu ke mana harus pergi mencarinya. Lokasinya di Jalan Suryakencana, depan Pertokoan Labora, Kampung Bojong Masjid, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Ke tempat ini pula, pada Sabtu, 14 Juni 2025, sekitar pukul 19:00 WIB, Dini Andriani bersama suami dan anak lelakinya datang dari rumahnya yang berjarak relatif jauh di Kampung Cipurut, Desa Gunung Endut, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi.
“Sejak hamil, sering ngidam pancong ke sini. Jauh-jauh dari Kalapanunggal. Pas masih gadis mah, nggak suka gitu. Pas waktu hamil, pengin ini. Tiba-tiba pengin ini, sampai sekarang,” ucap Dini.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 153
“Kan ini kan dadakan (buatnya) gitu ya, anget gitu. Terus, nggak pakai pengawet juga. Harga terjangkau juga,” kata Dini.
Dini Andriani, yang menyukai kue pancong Pak Yayat sejak hamil
Tak hanya Dini, pada waktu yang sama juga ada Reza asal Kebon Randu, Cibadak, Sukabumi. Ditemani-kawan-kawannya, Reza mengaku, “Kue Pancong Pak Yayat” adalah makanan favoritnya.
Baca juga: Agar Senikmat Pulang Kampung, Gini lho Kiat Milih dan Ngolah Kangkung
“Lumayan sering saya sudah di sini. Tertarik, karena ini kan tradisional. Jarang, jarang yang jual. Cuman di sini aja sih. Tempat favoritlah. Lumayan murah juga, gitu. Sederhana, spesial. Tiap libur aja gitu, sengaja ke sini,” ujar Reza.
Reza, yang menyebut kue pancong Pak Yayat sebagai hidangan favoritnya
Bila “Kue Pancong Pak Yayat” sampai sangat disukai begitu, bisa jadi karena pengalaman panjang sudah dilalui Yayat dalam menjual makanan ini. Yayat mengaku telah berjualan kue pancong sejak masih ABG (anak baru gede) pada tahun 1968. “Mulai jualan teh dulu, waktu masih ABG tahun ‘68, sampai sekarang. Kalau diitung, udah berapa puluh tahun. Sekarang tahun 2025. Kalau diitung, udah 57 tahun, saya jualan ini aja nih gitu, dari dulu,” tutur Yayat.
“Abis, sekolah enggak. Saya paling bodoh. Makanya, disuruh orangtua, kalau enggak sekolah, asal bisa dagang. Makanya, dari dulu sampai sekarang, dagang,” urai Yayat.
Yayat telah berjualan kue pancong sejak 1968
Berkat lama berjualan satu jenis makanan saja, maka Yayat punya resep yang membuat kue pancongnya menjadi begitu mashur. “Gampang masalah resep mah. Yang pertama kan kelapa. Yang kedua, garam. Paneli. Pakai kara supaya gurih. Yang lebih enak pakai tepung beras. Itu lebih mantap. Tapi, berhubung ini jualan, ya pakai terigu-terigu aja,” ungkap Yayat, yang mengaku tidak pernah memakai pengawet dalam membuat kue pancongnya itu.
Baca juga: Butuh Perangkat Digital Terbaru, Kunjungi AGRES.ID di Lantai 2 Mall Trans Studio Cibubur Depok
“Oh, enggak. Ini mah nggak pakai pengawet. Kalau masalah adonan, kan dari kelapa. Kelapa kan mengandung santen. Kan kelapa juga bisa basi. Makanya, kalau sudah dibikin, itu sampai satu minggu kuat. Nggak bakalan basi-basi. Cuman jadi kering, keras, gitu,” ujar Yayat.
Kue pancong dibuat Yayat tanpa pengawet
Saat ini, selain kue pancong, Yayat juga menyiapkan minuman hangat bagi pengunjung, yakni kopi, kopi susu, bandrek, bandrek susu, susu putih, teh susu, dan teh manis. Harga kue pancong jualannya adalah Rp 10.000-tiga, atau sekitar Rp 3.000-an saja. Sedangkan harga minuman hangatnya Rp 4.000 per gelas.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 152
Setiap hari, Yayat mulai berjualan pada sekitar pukul 16:00 WIB sore, hingga sekitar pukul 01:00 – 03:00 WIB dini hari. Pengunjung datang dari berbagai wilayah Kota dan Kabupaten Sukabumi.
“Dulu mah pengunjungnya pada tua. Nah, sekarang, remaja-remaja udah pada datang. Apalagi sekarang malam minggu. Kadang-kadang, kalau pada hadir, yang ngopi di sini, nggak khusus orang Cibadak aja. Yang dari Ciawi, yang dari Cicurug, yang dari Parungkuda, yang dari Nagrak, Kalapanunggal, Cikidang, Parakansaat, kadang-kadang dari Cisaat juga ke sini,” tutur Yayat.
Baca juga: Bahagia Sesimpel Mr. Bean: Bikin Scone, Sambut Weekend
“Makanya, kalau kebetulan amruk (bersamaan) datang, 11 karpet nggak cukup. Amparan aja nggak cukup. Kadang-kadang pada duduk di trotoar. Kebanyakannya, mereka ngobrol-ngobrol,” ucap Yayat.
“Alhamdulillah, kalau malam minggu, Hari Minggu, asal nggak hujan, ya (pendapatan) mencapai kalau 900 (ribu rupiah). Kalau hari-hari biasa, paling 400 (ribu rupiah). Ya, pakai pembantu. Soalnya, kalau nggak pakai pembantu, pasti keteter,” kata Yayat, yang kini berusia 72 tahun, serta telah memiliki 10 anak dan 13 orang cucu.
Di usia 72 tahun, Yayat masih semangat jualan
“Anak kalau ada 10. Yang ada tujuh. Cucu 13. Alhamdulillah, masih semangat jualan, karena saya masih punya kewajiban. Anak-anak, istri. Saya, selama masih bisa melangkah, masih akan jualan. Asal badan sehat, Insya Allah, harapan untuk jualan masih,” tegas Yayat. (*)