SUKABUMITREN.COM - Jumat, 4 Juli 2025, sejumlah vokalis, pencipta lagu, tokoh musik, dan musisi ternama secara bergiliran mengucapkan “selamat ulang tahun” lewat video klip kepada Benny Soebardja. Di antara para pengirim ucapan selamat itu, terdapat nama-nama seperti GIGI, Addie MS, Chandra Darusman, Andy /rif, Judhi Kristianto, Inggrid Widjanarko, Budhy Haryono, Trison Roxx, Malik Syafei, Boy Worang, Amir Roez, Kadri Mohammad, dan sejumlah nama tenar lainnya.
Sosok yang mendapatkan ucapan selamat, yakni Benny Soebarja, pada Jumat ini genap berusia 76 tahun. Lahir di Tasikmalaya, 4 Juli 1949, karier bermusik Benny dimulai pada 1966 bersama The Peels. Ditemani Gumilang Kentjana Putra, Budhi Sukma Garna, dan Dedy Budhiman Garna, Benny beserta grup ini sukses meraih pencapaian yang jarang terjadi kala itu, yakni tampil meramaikan panggung-panggung musik di Jawa Barat, Singapura, dan Malaysia.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 162
Album “The Peels by Public Demand in Singapore” menjadi tonggak penting, dan kini jadi koleksi langka yang diburu kolektor musik. Walau usia grup ini terbilang singkat, namun The Peels telah membuka jalan bagi musisi Indonesia untuk menembus batas internasional.
Karier musik Benny dimulai pada 1966
Setelah The Peels, Benny mendirikan Shark Move bersama Soman Loebis. Album “Ghede Chokra’s” jadi saksi eksplorasi musikal yang berani, dengan lagu andalan “My Life” berdurasi sembilan menit sebagai jantungnya. Dinamika gitar, drum, dan keyboard menyatu dalam harmoni emosional yang kuat di album ini.
Baca juga: Terdampak Proyek Tol Bocimi, 260 Makam Warga Dipindahkan dari TPU Kampung Leuwipeti Sukabumi
Bertahan hingga 1971, Shark Move meninggalkan warisan penting. Albumnya di-remaster Benny, agar semangat masa lalu tetap bisa dijangkau generasi saat ini.
Benny juga eksis bersama Soman Loebis di Shark Move
Giant Step kemudian menjadi proyek jangka panjang Benny, tempat ia menuangkan idealisme musiknya. Di tahun-tahun awal, grup ini tampil membawakan lagu-lagu Emerson Lake and Palmer, Deep Purple, sebelum akhirnya fokus pada karya orisinal.
Formasi grup ini mengalami banyak perubahan. Mulai dari Sammy Zakaria, Deddy Stanzah, Deddy Dores, Jockie Soerjoprayogo, dan Albert Warnerin pernah menjadi personil grup ini. Namun, Benny tetap jadi benang merahnya. Tak hanya bersama Giant Step, Benny juga sempat tergabung dalam grup Fantastique dan proyek kolaboratif Lizard, serta menghasilkan sejumlah album solo seperti “Give Me a Piece of Gut Rock”, “Night Train”, “Setitik Harapan”, dan “Lestari”.
Rekam jejak Benny bersama Giant Step
Menginjak 2006, semangat bermusik Benny tak surut. Berduet dengan putranya, Rhamaditya Nalendra, Benny hadirkan lagu “Hitam Putih”, sebuah simbol estafet jiwa seni. Benny juga merekam ulang lagu-lagu klasik, yakni “Apatis” (kolaborasi dengan Deddy Lisan dan Dewa Budjana), “Second Life” (bersama almarhum Donny Suhendra), serta “My Life” versi akustik bersama Andy/rif dan Dewa Budjana.
Baca juga: Kunjungi Lokasi Perusakan Rumah di Cidahu, Kapolres Sukabumi: “7 Orang Sudah Kita Amankan”
Lagu “Apatis” versi remaster tercatat meraih pencapaian digital luar biasa, dengan diputar lebih dari 1,17 juta kali di Spotify. Benny juga merilis sejumlah lagu lain sebagai wujud ekspresi dirinya atas situasi sosial, seperti “Evil War” (pergantian rezim), “Air Pollution” (kerusakan lingkungan), “A Fortunate Paradise” (kekaguman pada hutan Kalimantan), “Alam Tersiksa”, hingga “In 1965”.
Pada 12 April 2025, Benny merilis ulang album “Kukuh Nan Teguh” dalam format vinyl bersama label asal Kanada, Strawberry Rain, dengan jumlah hanya 50 keping bagi pasar Indonesia. Rilis album ini dirayakan lewat sesi pemberian tanda tangan di Atlas Record, Kemang, Jakarta, setelah sebelumnya juga digelar di Singapura. Triawan Munaf turut menghibahkan satu keping album ini untuk Museum Musik Indonesia sebagai bentuk penghargaan.
Beragam album dengan berbagai ekspresi telah dirilis Benny
Baca juga: Jangan Pernah Terjadi Lagi: Foto-Foto Pasca Insiden Perusakan di Cidahu Sukabumi
Penggemar fanatik Benny membentang dari pelosok Tanah Air hingga Jerman, Singapura, dan berbagai negara di dunia. Di antara penggemar, ada Dave Theisen dan Bodo, kolektor yang menyimpan rilis fisik lengkap Benny dari berbagai fase kariernya.
Julukan “The Godfather of Indonesian Progrock Underground” disematkan sebuah media asing kepada Benny, sebagai wujud penghargaan atas dedikasinya yang konsisten dan tanpa kompromi dalam bermusik. Sejak langkah awal bersama The Peels, eksperimen musikal bersama Shark Move, hingga eksplorasi panjang lewat Giant Step dan karya-karya solonya, Benny memang senantiasa setia pada suara hati.
Benny tak pernah mengejar tren, namun justru menciptakan jalurnya sendiri. Di antara deretan ikon besar musik Indonesia era 1960-an dan 1970-an seperti God Bless, The Rollies, dan AKA, sosok Benny tetap terlihat menonjol, karena keberaniannya menjajaki ranah yang belum banyak dijelajahi: rock progresif dan psikedelik dengan semangat independen yang kuat.
Benny Soebardja bersama keluarga
Penulis beruntung mengenal Kang Benny lewat media sosial, dengan tergabung dalam komunitas Benny Soebardja World Friends dan Aktuil The Legend. Penulis kemudian kerap mengunggah arsip konser Kang Benny yang legendaris, semisal The Peels di Singapura, Pesta Musik Kemarau '75 di Bandung, dan Rock Never Die 1984 di Jakarta.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 161
Penulis juga berkesempatan jumpa langsung Kang Benny, saat Konser “3 Dekade Benny Soebardja” di Hotel Horison, Bandung, Juli 2023.
Bersama istri, Tria Julianty, Kang Benny dikaruniai dua buah hati, Anggara Rhabenta dan Rhamaditya Nalendra, serta dua cucu, Mansahel dan Lyla. Bagi Kang Benny, keluarga adalah tempatnya pulang. Namun, musik tetaplah napas hidupnya.
Penulis (kiri) bersama Kang Benny Soebardja
Di usianya ke-76 hari ini, napas hidup itu tetap menyala dengan pendar yang sama saat dulu Kang Benny memulai karir bermusiknya di tanah kelahiran: Tasikmalaya. (*)