Cinta Indonesia dari Negeri Sakura, Ai Takeshita: "Bandung Rumah Kedua"

Selasa, 12 Aug 2025 17:54
    Bagikan  
Cinta Indonesia dari Negeri Sakura, Ai Takeshita: "Bandung Rumah Kedua"
Kin Sanubary

Ai Takeshita (kedua dari kiri) bersama Kemal Ferdiansyah, Agus Wahyudi, dan Penulis di Hotel Savoy Homann, Bandung

SUKABUMITREN.COM - Sabtu pekan lalu, 9 Agustus 2025, di sudut lobby Hotel Savoy Homann, Bandung, kami kembali bersua Ai Takeshita. Kami adalah Penulis, beserta dua teman, Agus Wahyudi dan Kemal Ferdiansyah. Sedangkan Ai adalah perempuan asal Negeri Sakura, Jepang, yang punya rasa ingin tahu besar kepada seni, musik, dan budaya Indonesia.

Ai adalah peraih gelar doktor dari Program Pascasarjana Bahasa dan Masyarakat, Universitas Osaka, pada 2011. Kini, Ai mengajar di Tokyo University of Foreign Studies, dengan fokus pada budaya dan sastra Indonesia kontemporer.

Baca juga: Tabrakan 2 Sepeda Motor dan 1 Truk di Cikembar Sukabumi, Mahasiswa tanpa Helm Meninggal Dunia

Kurang dari setahun lalu pada September 2024, Penulis beserta Agus dan Kemal juga pernah bertemu Ai di lokasi yang sama. Ketika itu, selama kurang lebih empat jam, dari selepas Dzuhur hingga sore hari, Ai berdiskusi hangat dengan kami bertiga. Obrolan mengalir dengan beragam topik: mulai dari seni, musik, hingga budaya, plus membahas seniman multitalenta, Remy Sylado, dan Aktuil, majalah musik legendaris asal Bandung.

undefinedundefinedAi yang asal Jepang punya rasa ingin tahu besar kepada seni, musik, dan budaya Indonesia

Kesan mendalam yang membekas dalam pertemuan itu, akhirnya seolah memaksa kami untuk ingin berjumpa lagi dengan Ai. Dan gayung bersambut pada Sabtu pekan lalu itu: Ai kembali mengundang kami ke tempat yang sama, seperti setahun sebelumnya. Pada kesempatan itu, kami ikut berbahagia melihat karya terbaru Ai, yang dimuat dalam buku “Performing Arts in Contemporary Southeast Asia” (Seni Pertunjukan di Asia Tenggara Masa Kini).

Baca juga: Hadir di Septhindo Expo 2025, Mampuh Travel Tawarkan Peluang Jadi Agen dan Umroh-Haji dengan Biaya Terjangkau

Dalam buku ini, Ai menulis esai berjudul “Remy Sylado dan Dua Brouwer: Panggung Bandung 1970-an dan Kenangannya”. Esai ini merupakan wujud penghormatan Ai kepada Remy, maestro serba bisa yang meninggalkan jejak panjang di dunia sastra, musik, seni lukis, dan kritik di Indonesia.

Remy, yang wafat 12 Desember 2022 dalam usia 78 tahun, adalah juga “ensiklopedia berjalan” dengan kiprah lintas bidang. Karya-karya warisan Remy menjadi penanda penting perjalanan seni dan budaya Tanah Air.

Baca juga: Viral di Media Sosial, Difabel Perajin Bola di Nagrak Mendapat Donasi Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi

Tak hanya menulis esai mengenai Remy, Ai juga telah menerbitkan buku “Utopia of Reversal” (2022, Genron), menerjemahkan novel “Saman” karya Ayu Utami ke Bahasa Jepang (2007, Moseisha), serta menjadi kontributor buku “Popular Culture in Indonesia” (1996, Mekon), dan “Popular Culture in Southeast Asia” (2018, Style Note).

Ai juga aktif melakukan penelitian, yang menyoroti kelahiran, perkembangan, dan transformasi teks-teks budaya populer. Mulai dari film, novel, hingga majalah, dalam arus globalisasi dan digitalisasi.

undefinedAi bersama tokoh, seniman, dan budayawan Bandung

Baca juga: Disabilitas Perajin Bola di Nagrak Sukabumi: “Tidak Ada Beras, Saya dan Emak Sering Hanya Minum dan Puasa”

Ai mulai menyukai Indonesia pada 1995, saat studi di Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Sejak itu, Ai rutin berkunjung dua kali setahun ke Jakarta, membaur dengan warga dari berbagai lapisan masyarakat, demi memahami secara langsung denyut kehidupan kota.

Rutinitasnya berkunjung ke Indonesia membawa Ai tiba di Bandung. Bagi Ai, Bandung dan masyarakat Sunda memiliki daya tarik tersendiri. Keramahan, kesantunan, dan budi pekerti halus yang melekat pada budaya Sunda, membuat Ai merasa seperti di rumah sendiri.

Baca juga: Kerjasama dalam Pelaksanaan PPS di Dinas BMPR Jabar, Kajati Jabar: “Kami Tegakkan Hukum secara Profesional”

Selama berada di Bandung, Ai aktif bertemu dan mewawancarai seniman, jurnalis, dan pelaku budaya yang menghidupkan ekosistem musik kota ini. Diantaranya adalah Doel Sumbang, Boy Worang, Benny Soebardja, Tatang Ramadhan Bouqie, Seno Gumira Adjidarma, Emmy Maria Louise Tambayong (istri Remy Sylado), Ermy Kulit, Arthur Nalan, Jan Hartlan, Yanov Ukur, Agus Sutanto, Yosef Alpraja, Teha Sutikno, Ady, dan masih banyak lagi tokoh-tokoh yang lainnya.

Ai juga mengunjungi berbagai ruang kreatif dan tempat bersejarah, mulai dari studio rekaman, toko kaset klasik, hingga warung kopi, yang menjadi titik temu komunitas. Dalam penelitian akademisnya, Ai pun mendalami musik pop Indonesia era 1960-1970-an, dengan perhatian khusus pada fenomena Aktuil.

Baca juga: Dirilis Jumat 20 Juni 2025, Single “Kupatah Hati” 3HADE Beneran “Hade”

Bagi Ai, majalah ini bukan sekadar media musik, melainkan juga cermin gaya hidup, identitas budaya urban, serta proses adaptasi pengaruh Barat ke dalam kerangka lokal. “Saya datang untuk meneliti, tapi saya pulang membawa rasa rindu. Bandung bukan hanya kota riset, tapi juga rumah kedua,” kata Ai.

undefinedundefinedundefinedAi bersama tokoh, seniman, dan budayawan Bandung

Kecintaan Ai pada budaya Indonesia, termasuk budaya Sunda, membuktikan, bahwa keunikan lokal bisa memikat perhatian dunia. Ai akhirnya bukan lagi sekadar peneliti yang datang lalu pulang, namun juga sahabat budaya yang membawa cerita dari Bandung ke panggung akademik internasional.

Baca juga: Gandeng IPB, PT Bogorindo Cemerlang akan Bangun Museum Pertanian di Tenjojaya Rejuvenate Village Sukabumi

Pengalaman Ai bisa dijadikan pengingat, bahwa keramahan dan kehangatan adalah bentuk diplomasi budaya paling alami, diplomasi yang tak memerlukan panggung megah untuk menyentuh hati.

Penelitian dan kisah Ai di Bandung pun bisa menumbuhkan kembali rasa percaya diri atas budaya sendiri: bahwa kelembutan, keramahan, dan kesantunan bukanlah tanda kelemahan, melainkan sumber kekuatan besar jika dijaga dan diwariskan.

Baca juga: Tidak Kantongi Izin Resmi, Aktivitas 3 Perusahaan Pemasok Tanah Urug ke Tol Bocimi Dihentikan Sementara

Berkat dua kali pertemuan dengan Ai, kami belajar, bahwa persahabatan lintas budaya tak selalu lahir dari forum resmi atau perjanjian tertulis, melainkan juga dari percakapan tulus, tawa bersama, dan saling menghargai. Ai telah membuktikan, bahwa kecintaan pada budaya mampu menembus batas bahasa dan negara, meninggalkan jejak yang abadi di hati setiap orang yang ditemuinya. (*)

Baca Berita dan Artikel Menarik Lainnya di Google News

Berita Terbaru

Truk Kontainer Tersangkut Pohon Mahoni, Lalulintas Pertigaan Angkrong Sukabumi Lumpuh Total Rabu Pagi
Kejari Kabupaten Sukabumi Gelar Pasar Murah di Lapangan Pajajaran Cibadak, IRT: “Mudah-mudahan ada Teruslah”
Cinta Indonesia dari Negeri Sakura, Ai Takeshita: "Bandung Rumah Kedua"
Tabrakan 2 Sepeda Motor dan 1 Truk di Cikembar Sukabumi, Mahasiswa tanpa Helm Meninggal Dunia
Hadir di Septhindo Expo 2025, Mampuh Travel Tawarkan Peluang Jadi Agen dan Umroh-Haji dengan Biaya Terjangkau
Viral di Media Sosial, Difabel Perajin Bola di Nagrak Mendapat Donasi Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi
Disabilitas Perajin Bola di Nagrak Sukabumi: “Tidak Ada Beras, Saya dan Emak Sering Hanya Minum dan Puasa”
Kerjasama dalam Pelaksanaan PPS di Dinas BMPR Jabar, Kajati Jabar: “Kami Tegakkan Hukum secara Profesional”
Dirilis Jumat 20 Juni 2025, Single “Kupatah Hati” 3HADE Beneran “Hade”
Gandeng IPB, PT Bogorindo Cemerlang akan Bangun Museum Pertanian di Tenjojaya Rejuvenate Village Sukabumi
Tidak Kantongi Izin Resmi, Aktivitas 3 Perusahaan Pemasok Tanah Urug ke Tol Bocimi Dihentikan Sementara

Info Lowongan Kerja

Rupa-Rupa Rabu, 6-Aug-2025 19:24
Info Lowongan Kerja

Info Lowongan Kerja

Rupa-Rupa Selasa, 5-Aug-2025 18:56
Info Lowongan Kerja

Info Lowongan Kerja

Rupa-Rupa Senin, 4-Aug-2025 19:35
Info Lowongan Kerja
Touring Menjelajah Bukanagara Subang: Surga di Lereng Gunung Peninggalan Legenda Sangkuriang
Diduga Sedang Jalan Pagi, Lelaki 62 Tahun Meninggal Tertabrak Kereta Api di Cicantayan Sukabumi
Diresmikan Pemkab Sukabumi, TPSA Cimenteng Jadi Contoh Pengelolaan Sampah Berbasis RDF
Kisruh Internal GMNI, Sekretaris DPC GMNI Sukabumi Raya: “Mengancam Asas Perjuangan Marhaenisme”
65.000 Rokok Ilegal Dilimpahkan Bea Cukai Bogor ke Kejari Sukabumi, Tersangka Terancam Penjara dan Denda
Jadi Tersangka Korupsi Dana Desa, Kades Cikujang Sukabumi Tebar Tawa di Kantor Kejari