SUKABUMITREN.COM - Pasca kisah hidupnya viral di media sosial, nasib Sandi, lelaki difabel perajin bola di Kabupaten Sukabumi, mulai mendapat perhatian dari pemerintah daerah setempat. Sabtu, 9 Agustus 2025, sekitar pukul 16:00 WIB, Ketua DPRD Kabupaten Sukabumi, Budi Azhar, datang mengunjungi Sandi di rumahnya di Gang Pala, Kampung Bojong Kawung, RT 03/RW 08, Desa Girijaya, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi.
Dalam kunjungan itu, Azhar tak hanya bersilaturahmi dengan Sandi dan ibundanya, Atikah. Politisi Partai Golkar dan Ketua Asosiasi Sepakbola Kabupaten (ASKAB) Sukabumi ini juga memberikan bantuan uang, dan membeli 10 buah bola buatan Sandi.
Atas perhatian dan bantuan Azhar itu, Sandi pun mengucapkan terima kasih. “Alhamdulillah, terima kasih Pak,” ucap Sandi, sambil menggenggam tangan Azhar erat-erat.
Azhar menyerahkan donasi kepada Sandi dan ibundanya, Atikah
Azhar mengaku, kedatangannya ke rumah Sandi adalah wujud perhatiannya kepada warga, yang saat ini tengah menghadapi keterbatasan dalam bidang ekonomi. Dalam kapasitasnya selaku Ketua ASKAB Sukabumi, Azhar menilai Sandi memiliki peran penting dalam industri olahraga lokal di wilayah Sukabumi.
“(Kehadiran saya di sini adalah) sebagai bentuk dukungan moral dan material kepada para perajin yang penghasilannya tergolong rendah. Perajin bola ini memiliki peran penting dalam industri olahraga lokal, namun seringkali menghadapi tantangan ekonomi,” ujar Azhar.
Sandi, saat menjahit bola di rumahnya
Viralnya kisah hidup Sandi berawal dari pengakuannya kepada jurnalis yang datang ke rumahnya, Jumat, 8 Agustus 2025. Saat itu, Sandi mengaku, bahwa dalam sehari, ia mampu membuat empat buah bola.
Baca juga: Dirilis Jumat 20 Juni 2025, Single “Kupatah Hati” 3HADE Beneran “Hade”
Bola-bola itu diserahkan Sandi ke pengepul seharga Rp 7.000 per bola. Guna menambah penghasilan, Sandi juga menjual langsung kepada pembeli dengan harga Rp 70.000 hingga Rp 100.000 per bola. Keuntungan bersih yang ia kantongi dari penjualan langsung ini sekitar Rp 10.000 per bola.
Penghasilan yang tidak seberapa itu dipakai Sandi untuk membeli beras, kecap, dan kerupuk. Namun, tak jarang, uang itu tidak cukup. “Saya dan Emak sering tidak makan, karena tidak ada beras. Kami terpaksa hanya minum dan berpuasa,” ujar Sandi.
“Usaha ini sudah saya jalani sejak kecil. Terpaksa, karena memang tidak ada keterampilan lain yang saya punya. Semua ini saya lakukan untuk membiayai Emak,” kata Sandi.
Sandi juga menjual bola buatannya untuk menambah penghasilan
Perjuangan Sandi demi memperoleh tambahan uang, kerap pula memaksanya berjalan jauh hingga 10-an kilometer ke Stasiun Karangtengah, Sukabumi, untuk menawarkan bola. Pulang pergi dengan langkah tertatih, Sandi terkadang harus rela pulang tanpa membawa uang sepeser pun.
Kondisi hidupnya kini kian sulit, karena air sumur di rumahnya telah lama kering. Air bersih jadi barang mahal yang tak selalu ada. Namun, dalam kondisi serba kekurangan begitu, Sandi mengaku tak pernah mau menyerah. Harapannya sederhana saja, yakni memiliki modal untuk mengembangkan usaha, agar hidupnya tak hanya bergantung pada kemampuan menjahit bola.
“Yang penting, Emak sehat. Itu saja sudah cukup,” ucap Sandi. (*)