SUKABUMITREN.COM - Warung nasi itu adalah “Warung Nasi H. Mamad”, yang berlokasi di Kampung Pojok Leuwigoong, RT 02 / RW 25, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Kintan sendiri merupakan warga asli Sukabumi, yang kini tinggal di Bogor. Ke warung itu pula, pada Jumat, 4 Juli 2025, pagi, Kintan khusus datang dengan tujuan utama: menikmati enaknya perkedel yang, menurutnya, hanya ada di Warung Nasi H. Mamad.
“Saya asli Sukabumi, tapi sekarang tinggal di Bogor. Sebetulnya, saya jauh-jauh dari Bogor ke sini mau makan perkedelnya. Karena perkedelnya nggak pernah ketemu di Bogor, di Jakarta, nggak pernah nemu perkedel kayak Haji Mamad ini, yang paling enak itu di sini. Kebetulan, keabisan hari ini,” ujar Kintan, yang karena urung menikmati perkedel, akhirnya bersantap dengan lauk paru dan kikil.
Baca juga: HUT ke-76, Benny Soebardja “The Godfather of Indonesian Progrock Underground” Tetap Yahud
“Tapi, kikilnya okelah, worth it. Kalau ke Sukabumi, pasti mampir sini. Sering, sering banget. Tadi, saya makan pakai paru, kikil. Favorit sama perkedel. Tapi, sayang sekali, perkedelnya keabisan. Tapi, itu enak banget, harus dicoba perkedelnya,” kata Kintan.
Perkedel di warung ini sangat disukai Kintan
Perihal harga makanan di warung nasi ini, dinilai Kintan, masih terjangkau untuk ukuran warga Sukabumi. Tempatnya pun, menurut Kintan, sangat otentik dan orisinil, sehingga membuatnya selalu rindu untuk kembali. Sudah begitu, lagi-lagi, rasa perkedel di warung ini tidak ditemuinya di tempat lain.
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 162
“Harganya masih okelah, oke banget, untuk Sukabumi masih okelah. Tempatnya oke kok. Ini kan otentik banget. Maksudnya, (khas) Sukabumi ya, nuansa-nuansa di perkampungan gini okelah, ngangenin, ngangenin banget. Saya sudah tinggal jauh di Bogor, di Jakarta, masih balik ke sini,” tutur Kintan.
“Kesannya selalu ngangenin, dan rasanya memang otentik banget. Pokoknya, Pak Mamad itu nggak adalah yang sama di Bogor atau di Jakarta. Apalagi perkedelnya. Paling utama perkedelnya, nggak ada yang sama. Luarnya garing, dalemnya juicy ya gitu, enak banget,” urai Kintan.
Baca juga: Terdampak Proyek Tol Bocimi, 260 Makam Warga Dipindahkan dari TPU Kampung Leuwipeti Sukabumi
“Pesan-pesannya ya, tetep buka ya. Kalau bisa, slot-nya dibanyakin,” ucap Kintan.
Kintan, warga asli Sukabumi dan kini tinggal di Bogor, pelanggan Warung Nasi H. Mamad
Nikmatnya bersantap di Warung Nasi H. Mamad juga diungkapkan Aiptu Pol. Deni. Petugas Sat Lantas Polres Sukabumi ini mengaku kerap datang untuk sarapan pagi. Menu favoritnya adalah sop kaki, opor ayam, dan sama dengan Kintan: perkedel.
“Sop kaki. Soalnya, sop kaki di Pak Mamad ini lain daripada yang lain. Sama ini, opor ayamnya. Itu yang paling enak di sini. Ada perkedelnya, juga lain daripada yang lain. Tiap sarapan pagi, tiap ada waktu, kita singgah dulu di warung Pak Mamad,” kata Deni.
“Harganya terjangkau. Kalau bisa, ke depannya, untuk Pak Mamad, tempatnya diperbesar, karena peminatnya yang makan di sini cukup banyak,” ujar Deni.
Aiptu Pol. Deni, penyuka sop kaki dan opor ayam di Warung Nasi H. Mamad
Baca juga: Kunjungi Lokasi Perusakan Rumah di Cidahu, Kapolres Sukabumi: “7 Orang Sudah Kita Amankan”
Saat ini, Warung Nasi H. Mamad dikelola oleh generasi ketiga. Memulai usaha pada 1959, atau 66 tahun lalu, menu pertama yang dijual kala itu adalah nasi uduk, dengan dijajakan memakai pikulan. Karena itu, hingga kini, sambal di warung itu adalah sambal khas nasi uduk, yakni sambal kacang.
“Berdirinya, mungkin dulu Bapak saya, tahun 1959, dari jualan dipikul, ya dipikul. Sebetulnya, dulu itu, Bapak itu, Almarhum Bapak itu dagang (nasi) uduk. Jadi, bukan nasi (biasa). Makanya, sampai sekarang, sambelnya itu legend sambel kacang, karena sambel kacang itu kan dari uduk gitu,” tutur Tedi Setiadi, pemilik dan pengelola Warung Nasi H. Mamad.
Baca juga: Jangan Pernah Terjadi Lagi: Foto-Foto Pasca Insiden Perusakan di Cidahu Sukabumi
“Berjalannya waktu, setelah dipikul itu, buka di emperan toko, pinggir jalan. Setelah itu, beberapa tahun kemudian, sewa toko di seberang, terus pindah lagi ke sini. Di tempat ini dari tahun 1991. Itu asal usul untuk rumah makan ini,” urai Tedi.
“Alhamdulillah, kalau saya, mungkin kalau dilihat generasi, generasi ketiga ya,” ucap Tedi.
Warung Nasi H. Mamad bermula dari usaha pikulan tahun 1959
Tak hanya sambal kacang, menu spesial lainnya yang sangat disukai pengunjung warung ini, disebut Tedi, adalah sop. “Kalau menu yang spesial, yang terfavorit itu, dari sop. Kita sopnya sop bening. Jadi, beda dengan yang lain. Biasanya, sop itu kan pakai sayuran atau pakai santen ya. Kalau kita, sop bening. Kita ada sop daging, sop lidah, sama sop kaki,” tutur Tedi.
“Kalau menu itu, kalau yang keringan ada babat, ada empal, ada paru, ada limpa, ada sate kulit juga ada, perkedel, dan dendeng paru,” ujar Tedi, yang mengaku sangat menjaga rasa hidangan di warungnya itu, sesuai resep pemberian orangtuanya dulu.
Warung Nasi H. Mamad sangat menjaga rasa hidangan yang disajikannya
Baca juga: Info Lowongan Kerja Update Ke 161
“Alhamdulillah, kita mungkin dari resep ya, jangan sampai merubah rasa gitu. Jadi, kita pertahankan rasa. Jadi, rasa dari zaman Almarhum Bapak sampai sekarang, Alhamdulillah, tidak berubah,” kata Tedi.
“Pengunjung, kalau weekend atau Sabtu-Minggu, ada dari luar kota. Ya, mudah-mudahan bisa berkembang lagi, atau bisa buka cabang di tempat lain,” harap Tedi. (*)