Rusak Terdampak Pergerakan Tanah, KDM Harus Segera Turun Tangan Selamatkan Mts Miftahul Barokah di Sukabumi

Selasa, 9 Sep 2025 20:43
Retakan dinding bangunan Mts Miftahul Barokah (MTs) di Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi Hendi Suhendi

SUKABUMITREN.COM - Miftahul Barokah adalah nama sekolah Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang terletak di Kampung Gempol, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Saat ini, kondisi bangunan MTs ini sangat memprihatinkan. Dinding kelasnya penuh dengan retakan. Plafonnya pun menggantung tak rata, bahkan sebagian sudah berlubang.

Coretan kapur di papan tulis juga terlihat memudar dan hampir tidak terbaca. Kursi-kursi plastik warna-warni di dalam kelas tidak tersusun rapi, dan sebagian meja kayu tampak kusam, dengan cat terkelupas dan banyak terdapat bekas coretan nama-nama siswa.

Dinding bangunan retak akibat terdampak pergeseran tanah pada Desember 2024

Baca juga: Harga Ayam Potong di Pasar Cibadak Sukabumi Sudah Melebihi Lebaran, Pedagang: “Kemungkinan Karena MBG”

Kondisi bangunan sekolah yang retak-retak dan nyaris roboh ini diakibatkan oleh pergerakan tanah, yang terjadi pada 3 dan 4 Desember 2024. Ketika itu, hujan deras dua hari berturut-turut mendera Kampung Gempol, serta memicu retakan besar di pemukiman, merusak puluhan unit rumah, dan bangunan  MTs Miftahul Barokah. Lantai kelas di satu-satunya madrasah di Kampung Gempol ini pun pecah, dindingnya retak, dan sebagian atapnya miring, sehingga tidak aman lagi untuk ditempati.

Sejak itu, para siswa harus belajar dalam tenda darurat milik Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yang didirikan di halaman sekolah. Selama hampir tiga bulan, proses belajar-mengajar berjalan seadanya, dengan beralaskan karpet plastik tipis. Tenda ini pun beberapa kali roboh diterpa hujan deras, yang mengakibatkan karpet dalam tenda menjadi becek, kursi-kursi bergeser, dan aktivitas belajar buyar.

Baca juga: Harga Ayam Potong Rp 42.000 per kilogram, Pasar Semi Modern Cibadak Sukabumi Kini Kian Sepi

Pada awal Mei 2025, di tengah kondisi yang belum sepenuhnya pulih, para siswa kembali belajar di ruang kelas lama yang tidak lagi layak ditempati itu. “Karena memang tidak ada tempat lain untuk aktivitas belajar, anak-anak terpaksa belajar di sekolah yang sudah mulai rusak seperti ini,” ucap guru Raudhatul Athfal (RA) merangkap pimpinan MTs Miftahul Barokah, Lela Helmiah, saat ditemui Senin, 8 September 2025.

“Kalau untuk kekhawatiran, masih banyak. Yang pertama, musim hujan. Tapi, walaupun tidak hujan, juga sama takutnya, karena sesekali (plafon) itu ambruk gitu,” kata Lela. “Sampai saya datang ke Bandung untuk cari solusi, gimana caranya, ke anggota Dewan. Tapi, ternyata tidak ada respon sama sekali. Nginep tidur di kursinya pejabat pun enggak ada hasilnya,” keluh Lela.

Bangunan terpaksa kembali ditempati sejak Mei 2025

Baca juga: “Idiosinkrasi”: Pameran Seni Rupa Rudy Harjanto dan 8 Seniman di Galeri Lorong Senja Bandung

Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebenarnya telah menyiapkan relokasi bagi warga terdampak, dengan membangun hunian sementara di Kampung Pasirgoong. Namun, sekolah dan pondok pesantren tidak masuk prioritas relokasi. “Itu relokasi, yang mau direlokasi itu relokasi mandiri dari yayasan. Kalau dari pemerintah tidak ada untuk sekolah, sampai saat ini,” ujar Lela.

Saat ini, jumlah siswa di RA Miftahul Barokah ada 35 anak, di MTs ada 57 anak, dan di pondok pesantren ada 59 anak. “Siswa juga bingung. Mau daftar pun ragu, karena rencananya (mau sekolah) di sini, tapi kondisinya begini. Jadi, jumlah siswa agak turun sekarang,” tutur Lela.

Baca juga: Wisata Akhir Pekan di Bukit Panenjoan Sukabumi: Pas buat keluarga dan Bisa Dapat Bonus PKG dari Pemerintah

“Mudah-mudahan, lebih cepat terealisasi bangunan baru. Kalau tidak ada fasilitas, siswa mundur. Kami ingin tempat belajar yang aman, nyaman, dan maksimal,” tegas Lela.

Pihak Mts berharap, bangunan bisa kembali nyaman dan aman ditempati

Senada dengan Lela, Usup Supriatman, guru MTs Miftahul Barokah, mengaku tak pernah merasa tenang saat mengajar. Setiap kali masuk kelas, rasa cemas selalu menyelinap di hatinya. “Deg-degan, juga was-was. Was-wasnya itu manakala kita sedang mengajar, atau juga anak murid itu tertimpa reruntuhan,” kata Usup. “Bahkan, itu atapnya sudah ada yang jatuh. Alhamdulillah, waktu jatuhnya pas jam istirahat. Kalau ada hujan, paling murid di luar aja, karena khawatir juga,” ujar Usup.

Baca juga: Viral Berita Misjo-Teti dan Maman-Kokoy di Cibadak Sukabumi, Camat Mulyadi: “Jangan Curhat di Media Sosial”

Gubernur Jawa Barat, Kang Dedi Mulyadi (KDM), yang sangat peduli pendidikan anak, agaknya patut segera turun tangan, tanpa menunggu bangunan Mts ini runtuh dimakan waktu. (*)

Berita Terkini

Info Lowongan Kerja

Kabupaten Sukabumi • Kamis, 28-Aug-2025 19:06

Info Lowongan Kerja

Rupa-Rupa • Rabu, 27-Aug-2025 20:05