SUKABUMITREN.COM - Misjo dan Teti adalah pasangan suami-istri (pasutri) yang bersama anak perempuannya tinggal di tengah kebun di Desa Tenjojaya, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi. Lokasi gubuk yang menjadi tempat tinggal pasutri ini, terletak tidak jauh dari Tenjojaya Rejuvenate Vilage di Bukit Panenjoan, Desa Tenjojaya, yang kini tengah dibangun menjadi destinasi wisata baru oleh PT Bogorindo Cemerlang.
Walau tinggal di daerah wisata, namun selama menetap lebih dari tiga tahun di gubuk itu, pasutri ini tak pernah menikmati aliran listrik. Jadilah, selama tiga tahun itu, Misjo dan Teti harus hidup di dalam gelap pada setiap malamnya.
Teti sudah lebih dari tiga tahun tinggal di gubuk ini
Gubuk itu adalah warisan suami pertama Teti, lelaki asal Panenjoan, Desa Tenjojaya. Teti adalah warga Kampung Sampay, yang juga masuk wilayah Desa Tenjojaya. Karena ingin mengurus kebun di sekitar gubuknya itu, maka Teti menolak permintaan Ibunya untuk tinggal di Kampung Sampay.
“Sudah lama, (awalnya) sendirian. Kan suruh sama ibu (tinggal) di Sampay. Ah, nggak mau, sendiri aja di sini, kerja ke kebun, tinggal di sini, sendirian waktu itu,” kata Teti.
Baca juga: Jenguk Umar Amarudin di RS Pelni Jakarta, Bupati Sukabumi: “Saya Bantu Biayanya”
“Sebelum punya suami (yang sekarang), juga sudah di sini. Ini rumah suami yang dulu, orang Panenjoan. Cerai dulu, terus kawin sama ini,” ujar Teti.
“Asalnya (tinggal) di Sampay sama Ibu, nggak mau (terus di sana). Dapat suami di sini, tidur sendirian di sini, lama. (Akhirnya) tinggal sama Bapak, tiga tahun lebih di sini. Sama Bapak sudah tiga tahun lebih, punya anak satu ini,” urai Teti.
Misjo dan Teti beserta anaknya tinggal tanpa listrik di gubuk ini
Bapak adalah panggilan Teti bagi Misjo, suaminya kini, yang menikah dengannya tiga tahun lalu. Sama seperti Teti, Misjo juga mengaku senang tinggal di tempat itu, karena bisa berkebun untuk mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
“(Sudah) tiga tahun (di sini). Ceritanya, tinggal di sini, ngebon, terus tanam singkong, bertiga. Rumah (saya sebelumnya) tuh di atas. Sekarang di sini, sambil ngebon, tumpang sari,” ungkap Misjo.
Baca juga: 15 Tahun Dikurung Keluarga, Perempuan ODGJ di Nagrak Sukabumi Dibebaskan Relawan PSM
“Nggak ada kendala, kebon ini mah, takut sama siapa? Ular, babi, ya ada, diburu terus sama saya,” ucap Misjo, yang mengaku belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah daerah setempat.
“Belum dapat bantuan pemerintah. Sudah lama. Dulu pernah dapat, (karena dulu) punya KK dan KTP. Baru dibuatkan (KK dan KTP) kemarin, (karena menikah) sama istri (yang sekarang) baru tiga tahun, (jadi) belum bikin (KK dan KTP baru). (Ini) nikah (dengan istri) yang muda. Awalnya punya (KK dan KTP),” tutur Misjo.
Bersama Teti, Misjo kini berharap bisa mendapatkan bantuan pemerintah daerah setempat, agar tak lagi hidup di dalam gelap selamanya. “Nggak takut, nggak ada lampu, gelap-gelapan aja, Nggak pakai lampu. Harapannya, pengin sih punya lampu, biar nggak gelap-gelapan (terus),” ucap Teti.
Teti (atas) dan suaminya, Misjo
Saat ini, pemerintah Kecamatan Cibadak, Kabupaten Sukabumi, telah melakukan asesmen dan pengajuan bantuan rumah tinggal layak huni (rutilahu) bagi Misjo dan Teti. “Pihak kecamatan sudah melaporkan ke Bupati (Sukabumi), mengajukan bantuan, dan Pemdes (Tenjojaya) menyiapkan lahan relokasi,” ujar Camat Cibadak, Mulyadi.
Sikap tanggap Pemerintah Kecamatan Cibadak itu disambut baik Herman Ahong, Ketua Forum Warga Sukabumi (FWS). “Ini soal hak dasar. Bagaimana mungkin masih ada keluarga di Sukabumi hidup tanpa listrik? Pemerintah harus bergerak. Minimal sediakan solar cell, agar mereka bisa menikmati terang,” tegas Herman. (*)